Dibalik keterlibatan CIA. Bung Karno Dikhianati?
(2001)–Willem Oltmans– Auteursrechtelijk beschermd
[pagina 209]
| |
21
| |
[pagina 210]
| |
membincangkan peristiwa yang terjadi di Kuba. Saya ceriterakan kepadanya tentang kunjungan saya ke Havana dan memohon kepadanya, bahwa apabila Tito dari Yugoslavia boleh bergabung dengan negara-negara non-blok Bandung, Kuba tentunya juga dapat diikutsertakan. Oleh sebab itu perkembangannya menjadi menarik, ketika Bung Karno pada tahun 1961 menjadi kepala negara pertama yang mengunjungi Castro di Havana. Kuba kemudian bergabung dengan perkumpulan negara-negara non-blok. Fidel menjadi tuan rumah konferensi Asia Afrika yang kelima, yang saya hadiri.
Fidel, seperti halnya dengan Bung Karno dan Lumumba, mengunjungi Washington dalam lawatan kenegaraannya yang pertama ke luar negeri. Ia bahkan sempat merawat kukunya di pesawat. Ia hanya diterima oleh Wakil Presiden Richard Nixon. Presiden Eisenhower sedang pergi main golf ke selatan. Castro kembali ke Kuba dengan keyakinan yang mendalam bahwa AS adalah musuhnya. Ia berpaling ke Nikita Khrushchev, minta bantuan, dan oleh ulahnya ini ia harus berperang selama lebih dari 40 tahun lamanya. Fidel bahkan memperburuk keadaan dengan mengumumkan bahwa dirinya adalah penganut Marx dan akan selalu demikian, yang dianggap Washington sebagai tamparan keras di wajah mereka yang tjdak pernah dapat dimaafkan. Mengapa pemimpin dari sebuah pulau yang berjarak 150 mil dari pantai Florida berani mengambil keputusan untuk bertingkah di hadapan Paman Sam? Ketika Castro menentang AS dan menerima bantuan Khrushchev, ia terang-terangan menantang dan membuat gusar seluruh perangkat ‘pemerintahan bayangan’ di Washington. Rakyat Kuba - sama seperti rakyat Indonesia, Pakistan, Libya, Irak, Iran, Korea, Vietnam, Nikaragua, El Salvador, Grenada, Panama, Chili dan banyak lainnya - semuanya telah | |
[pagina 211]
| |
melakukan kesalahan besar dengan menganggap bahwa Amerika Serikat akan menjunjung undang-undang dan peraturan internasional yang ditetapkan untuk bertingkah laku di dunia internasional oleh Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. AS dengan cepat mencerca dan menghantam kaum Komunis serta bangsa lain yang bertingkah laku sebagai ‘negara teroris’, karena semakin lama semakin banyak berkas rahasia yang diungkap, maka semakin banyak pula fakta yang tersingkap dari kotak PandoraGa naar voetnoot1. ini, bahwa sebenarnya, Amerika Serikat telah berubah menjadi negara adikuasa bajingan nomor wahid, seperti yang dikatakan dan ditulis pemenang hadiah Nobel Noam Chomsky dan penulis lain-lainnya. JFK mewarisi masalah yang berkembang di Kuba dari Eisenhower, Nixon dan Dulles bersaudara. Ia berpendapat bahwa Washington berwenang meluncurkan kegiatan terselubung dengan pembunuh upahannya CIA di Teluk Babi (Bay of Pigs) pada tahun 1961. Ketika penyerbuan ilegal ke Kuba ini gagal, seperti telah diceriterakan di depan, JFK bersama dengan para pemikir di Gedung Putih mulai merencanakan ‘Operasi Mongoose’Ga naar voetnoot2. di bulan November 1961. Yang disebut terakhir ini merupakan sebuah rencana bam, untuk meneliti ‘analisis fantasi’ dengan metode psiko-sejarah. Rencana ini bertujuan hendak mengatur pemberontakan menentang Fidel di Kuba sendiri dengan bantuan diam-diam, tindakan sabotase dan semua cara bajingan lainnya yang | |
[pagina 212]
| |
sudah sejak lama digemari di Washington, sementara dunia masih menganggap AS sebagai negara adikuasa yang santun dan taat hukum. Mula-mula, kelompok Kennedy menendang Kuba keluar dari Organisasi Negara-Negara Amerika. Orang sering mengatakan bahwa apabila bangsa Arab dibiarkan bersama sesamanya, mereka tidak akan ragu mengkhianati saudaranya. Hosni Mobarak dari Mesir mendapat 8 miliar dolar sebagai pelunasan utangnya ke pihak Barat, sebagai ganti pengiriman pasukannya melawan Irak di Perang Teluk tahun 1991, yang dikobarkan oleh Bush I dan beberapa konconya, yang sekarang membantu puteranya melanjutkan kebijakan bapaknya. Tentu saja, kedua Bush ini harus mencuri kemenangan dalam pemilu dari Al Gore agar dapat masuk ke Gedung Putih, tetapi ‘peristiwa yang tidak menggembirakan’ seperti itu sering terjadi di semua negara berdemokrasi, seperti juga di negara totaliter lainnya. Sementara itu, AS menuduh setiap orang di dunia ini telah bersikap tidak demokratis, tetapi pada akhirnya, apabila semua catatan itu akan ditulis orang di kemudian hari, Washington akan terbukti sebagai ibukota negara adikuasa yang selama ini menjalankan pemerintahannya secara tidak demokratis.
Robert Kennedy terutama ditugasi untuk pergelaran rahasia melawan Castro ini. Khrushchev membuat gerakan tandingan, ia mengirimkan projektil nuklir ke Kuba, dan tertangkap basah. Tetapi peristiwa ini paling tidak memberikan jaminan AS bagi Kuba, yaitu janji kepada negara adikuasa yang lainnya bahwa pulau ini tidak akan diserang lagi, baik oleh tindakan militer yang rahasia maupun yang terang-terangan. Dalam buku kenang-kenangannya, pemimpin Soviet ini, karena ia sadar akan fakta bahwa Castro merasa dikhianati, karena peluru kendali itu ditarik mundur di bawah tekanan militer AS yang kuat, mengutip kata-kata dari surat yang ditulisnya | |
[pagina 213]
| |
untuk Castro saat itu: ‘Yang penting ialah bahwa keberadaan Kuba yang Sosialis sudah terjamin.’ (‘Khrushchev Remembers’, Little Brown & Company, New York, 1970, hlm. 504). Khrushchev menyebut, misalnya, bahwa ia menunjuk seorang diplomat veteran ke Havana sebagai dubes. Sementara itu, wartawan Soviet Alekseyev telah mendapat kepercayaan Castro dan kaum revolusioner di Kuba. Khrushchev tidak menunggu lebih lama lagi untuk menarik diplomat profesionalnya tadi dan menggantikannya dengan sang wartawan. Pragmatisme komunis di dalam masalah internasional merupakan hal yang patut diteliti.
Pada tanggal 2 Mei tahun 1962, saya bepergian ke daerah pantai di Teluk Babi untuk menghadiri perayaan pertama memperingati peristiwa bersejarah dalam sejarah Kuba itu. Baik orang Kuba, maupun kami, para wartawan, tidak menyadari bahwa saat itu Robert Kennedy sedang memimpin Komite 5412 Dewan Keamanan Nasional, yang dibentuk secara amat rahasia untuk menentukan siapa orang asing atau pemerintah asing yang mana yang harus dibinasakan atau digulingkan, apabila mereka menghalangi hegemoni mutlak di dunia ini. Perlu waktu sampai tahun 1999, ketika sejarahwan Inggris Mark White menemukan dalam berbagai dokumen rahasia mengenai apa yang saat itu direncanakan Washington, dan menuliskannya dalam buku ‘The Kennedy 's and Cuba’ (sudah saya sebut sebelumnya).
Tad Szule dari ‘New York Times’ pada tahun 1986 memberikan gambaran yang cermat dalam bukunya, ‘Fidel’ (William Morrow & Company, New York). Ia mendasarkan tulisannya kepada serangkaian pembicaraannya yang panjang lebar dengan Castro, dan kadangkala ia mengingat pembicaraannya dengan JFK. Szule ingat, misalnya, ketika ia dipanggil menghadap | |
[pagina 214]
| |
ke Gedung Putih setelah peristiwa Teluk Babi. Ia berbicara berdua saja dengan Presiden Kennedy di Ruang Oval. Wartawan ‘Times’ ini menuliskan ketertegunannya ketika JFK bertanya kepadanya: ‘Apa pendapat Anda, bila saya menyuruh orang untuk membunuh Castro?’ (hlm. 558). Selama pembicaraan selanjutnya, setelah wartawan ini menjawab bahwa AS hendaknya tidak melibatkan diri dengan pembunuhan politik, JFK menjawab ‘tentu saja tidak’. Sementara itu, seperti yang diketahui umum beberapa tahun kemudian, Kennedy menggunakan Monica Lewinsky-nya, seorang perempuan bernama Judith Exner, sebagai perantara untuk berhubungan dengan para bos Mafia di Chicago, agar mengatur bantuan mereka untuk melenyapkan Fidel. Pernah, ketika mantan Wakil Presiden Hubert Humphrey berkunjung ke Havana, pemimpin Kuba ini memberikan seberkas dokumen kepadanya, yang memuat berlusin percobaan pembunuhan yang diatur Washington sejak pemerintahan beberapa presiden berturut-turut, semuanya dirinci dengan amat cermat.
Fidel, yang diberitahu oleh Szule bahwa Kennedy secara pribadi tidak menyetujui pembunuhan oleh Pemerintah AS, menjawab di tahun 1984 bahwa ia tidak pernah percaya apabila JFK memerintahkan akan membunuhnya. Tetapi, itulah yang dilakukan Presiden Kennedy, seperti halnya Eisenhower sebelum ia dan siapa tahu, juga presiden yang lain-lain sesudah ia. Selama bertahun-tahun, Gedung Putih telah berkembang menjadi selicin Kremlin dan beberapa tempat lainnya, seperti Kota Terlarang Beijing, untuk menutupi jejak mereka setiap kali mereka bertingkah laku seperti penjahat tengik, yang diselubungi serapi mungkin. | |
[pagina 215]
| |
Bung Karno juga terlihat agak bingung, ketika saya berbicara dengannya mengenai perang rahasia Amerika melawan Kuba atas dasar yang diketahui umum di tahun 1966. Ia bertanya kepada saya, apakah dapat dibuktikan bahwa CIA terlibat dalam peristiwa pembunuhan di Dallas. ‘Kennedy adalah pria yang saya percayai. Ia tulus dan bersungguh-sungguh. Sebenarnya, ia adalah Presiden Amerika Serikat yang pertama yang saya percayai.’ Namun demikian, jelas tampak perasaannya yang campur aduk mengenai AS. Ia tahu mengenai percobaan kup CIA di tahun 1958. Ia sadar sepenuhnya akan tingkah laku bermuka-duanya Eisenhower. Ia begitu ingin percaya bahwa JFK berbeda. Ia tertarik kepada Jacqueline Kennedy, yang memperlihatkan kepadanya buku, yang diterbitkan di Peking, mengenai koleksinya yang unik dari lukisan-lukisan Indonesia. Dubes Indonesia di Washington dr. Zairin Zain telah mengirim buku-buku tersebut sebelumnya ke Gedung Putih, dan segera pula Jackie menunjukkannya kepada Bung Karno, yang menaruh buku-buku itu dipangkuannya sementara Nyonya Kennedy berlutut di sebelahnya membolak-balik halaman buku yang luar biasa itu.
Tetapi, ketika berbicara tentang politik dunia di Ruang Oval, Kennedy menanyai Bung Karno, di mana tepatnya ia berdiri dalam permainan kekuasaan di antara Timur dan Barat. Bung Karno menjawab - dan ketika ia menyadari adanya alat penyadap di ruang terima tamunya Kennedy, ia menyarankan agar mereka meneruskan pembicaraan ini berdua saja di kamar tidurnya Kennedy. ‘Bayangkan, pembicaraan saya yang paling penting dengan Kennedy dilakukan di sana. Kami duduk bersama di tepi tempat tidurnya. Tempat tidur besar yang kuno.’.Bagi Presiden Indonesia ini terdengar sangat tidak masuk akal bahwa pria yang dikunjunginya dua kali di | |
[pagina 216]
| |
Gedung Putih ini tertembak mati di tengah jalan di Dallas. Baginya, Amerika tampak seperti gila membunuh. Ia tidak dapat memahami, atau menemukan alasan, apa yang menggerakkan Washington untuk bermain polisi dan bandit-banditan, baik di negerinya sendiri maupun di luar negeri.
Penyidikan Komite Gereja Senat Frank mengenai rencana pembunuhan terhadap Fidel Castro menyimpulkan pada tahun 1972 bahwa ada delapan kali percobaan seperti itu, ‘termasuk penggunaan pil beracun, pena beracun, pakaian untuk menyelam yang dilumuri jamur pembawa penyakit, dan sebuah kerang laut yang eksotik, yang dipasang sedemikian rupa agar meledak di daerah tempat yang biasa dikunjungi Castro untuk berolahraga menyelam.’ (The American Police State’, David Wise, hlm. 215). CIA bahkan merencanakan akan menyerang jenggotnya Castro dengan cara membedaki sepatunya dengan garam Thallium yang pada akhirnya akan merontokkan jenggotnya. Wise selanjutnya menemukan bahwa CIA terlibat dalam rencana pembunuhan terhadap penjahat Chicago Sam Giancana, dan mantan petinggi Mafia di Havana, Santos Trafficante. Sementara itu harga CIA untuk kepalanya Fidel telah meningkat menjadi 150.000 dolar. Rencana ini selanjutnya diperkuat dengan mengikutsertakan John Rosselli, seorang penjahat lainnya sebagai pembantu wirausahawan multimiliuner Howard Hughes.
Komite Church selanjutnya menyimpulkan bahwa CIA telah mempersiapkan enam kapsul gelatin berisi racun botulinum cair untuk upaya pembunuhan ini, yang telah diuji coba terhadap kera untuk meyakinkan bahwa Fidel juga akan mati karenanya. Rosselli mengirimkan kapsul itu ke Havana, karena monyet percobaannya mati. Pil-pil tersebut sedianya akan diselipkan ke makanan atau | |
[pagina 217]
| |
minumannya Castro. Orang-orang CIA ini rupanya terlalu banyak menonton film Hollywood. Rosselli sudah diberitahu bahwa racun tersebut tidak berdaya di dalam sup yang panas. Betapapun juga, seperti yang kita sadari pada tahun 2001 ini, Fidel Castro agaknya mendapat perlindungan malaikat karena ia masih hidup dan selamat dari upaya jahat Amerika, termasuk peristiwa seorang anak laki-laki bernama Elian Gonzalez, yang menyebabkan para pengungsi Kuba di Miami, Florida, tidak lagi dapat berpikir selama beberapa bulan, tetapi semuanya itu menunjukkan kepada dunia bahwa Amerika Serikat adalah tempat yang paling sinting di muka bumi ini.
Sam Giancana tidak dapat ditanyakan lagi mengenai hal-hal tersebut karena ia ditembak di rumahnya di daerah pinggiran kota Chicago sebelum Komite Church dapat menemuinya. Rosselli dan Ny. Exner, pada saat itu namanya Judith Campbell, menyangkal keterlibatan mereka dalam rencana pembunuhan terhadap Fidel. Sam Trafficante belakangan ditemukan terbunuh, mayatnya terapung di dalam drum minyak di perairan pantai Florida. Beberapa tahun kemudian, Judith mengaku sambil menangis bahwa ia memang telah membaca surat-surat JFK yang dibawanya kepada penjahat Chicago dan merekalah yang mengatur siasat untuk melenyapkan Fidel.
Pada tahun 2000 William Blum menulis bahwa teror AS terhadap Kuba yang telah berlangsung selama 40 tahun ini berarti bahwa dunia tidak akan pernah tahu seperti apa masyarakat Kuba ini sekarang, apabila Fidelismo dibiarkan tidak diganggu (‘Rogue State’, hlm. 140). Pemerintahan Kennedy, begitu juga pemerintahan sembilan orang presiden sesudahnya (Fidel dapat menyelamatkan diri selama pemerintahan 10 Presiden AS) terus meneras meneror | |
[pagina 218]
| |
Kuba sebagai peringatan kepada negara-negara Amerika Latin lainnya, untuk menjamin agar mereka mengerti apa yang akan terjadi terhadap negara-negara yang menerima ajaran Marx. Seperti yang dikatakan Chomsky, orang-orang pandai dalam pemerintahan Kennedy berbuat sejauh itu karena keprihatinan mereka bahwa virus kemerdekaan dapat menulari yang lainnya (‘The New Military Humanism’, hlm. 136). Pemikiran dan gagasan Castro dapat berakibat negara-negara lain di sebelah selatan Rio Grande akan berbuat serupa dan menangani masalah mereka sendiri. Washington tidak pernah ragu menggunakan tipu muslihat penteror apa saja yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan akhirnya di Amerika Latin, untuk tetap memegang kendali di sana sesuai dengan kepentingan murni kaum Yankee. |
|