Dibalik keterlibatan CIA. Bung Karno Dikhianati?
(2001)–Willem Oltmans– Auteursrechtelijk beschermd
[pagina 137]
| |
14
| |
[pagina 138]
| |
saya menjalani pekerjaan saya sebagai wartawan. Karena, selama tahun pertama saya di Indonesia (1956-1957), saya mulai mengurai sandi, dan belajar melupakan banyak hal yang saya pelajari di Nijenrode Castle, sekolah di Belanda untuk bidang diplomasi, kemudian di ruang kuliah bidang Hubungan Internasional di Universitas Yale (1948-1950). Di Jakarta saya terutama belajar melihat peta dunia, tidak saja dari sudut pandang budaya, psikologi, dan sejarah yang berbeda, tetapi juga dengan bantuan pribadi dari Bung Karno dan kelompoknya, sehingga akhirnya saya tahu akan cara bermiliar masyarakat Asia dan Afrika memandang kami, bangsa berkulit putih yang pada umumnya kaya tetapi jumlahnya sedikit di Barat.
Di Indonesia, saya juga menyadari bahwa kebanyakan orang Islam, Hindu, atau Budha di Timur tidak ingin terlibat dengan anarki keagamaan dari doktrin Marxisme dan Leninisme. Tetapi, sebagai bangsa yang selama berabad-abad dimanfaatkan oleh kolonialisme dan imperialisme, negara-negara di Dunia Ketiga ini menolak bergabung dengan ‘perang suci’ yang dipimpin AS melawan Kremlin. Sebagian besar dari negara-negara itu lebih suka berada bersama, baik dengan negara-negara yang kapitalis Barat, maupun yang sosialis Timur, sambil memusatkan perhatian mereka yang pertama dan paling penting terhadap kepentingan mutlak dari apa yang disebut Soekarno sebagai ‘the new emerging forces’, yaitu kekuatan baru yang muncul dari mereka sendiri.
Saya belajar di Timur, mengenai apa yang di Barat kita anggap cukup layak, bahwa perang suci AS melawan Marxisme dan Leninisme Kremlin sebenarnya ialah penyimpangan yang menyakitkan. Mantan petinggi Departemen Luar Negeri AS, William Blum, menyarikan keabnormalan yang tidak jujur ini dengan | |
[pagina 139]
| |
indah dalam tulisannya, ‘Dunia ini digiring untuk mempercayai bahwa kita memerlukan Amerika Serikat untuk menyelamatkan dunia dari kegelapan kaum komunis. “Anda hanya perlu membeli senjata kami,” kata Washington, “biarkan militer kami dan perusahaan-perusahaan kami bergerak bebas di negeri Anda, dan berikan kami kuasa atas veto Anda mengenai siapa yang akan memimpin Anda, dan kami akan melindungi Anda”.’ Blum menambahkan, ‘Apabila mereka tidak dapat memahami kemuliaan di balik motif orang Amerika ini, mereka diperingati bahwa mereka akan terbakar di neraka kaum komunis. Atau menjadi jiplakan CIA. Meskipun demikian, mereka akan diselamatkan.’
Blum selanjutnya menulis: ‘Dan tahun 1945 sampai akhir abad ke-20, Amerika Serikat mencoba menggulingkan lebih dari 40 pemerintahan asing, dan menghancurkan lebih dari 30 gerakan populis-nasionalis yang berjuang melawan rezim yang tak tertahankan. Dalam prosesnya, AS telah menyebabkan kematian beberapa juta orang, dan menghukum berjuta orang lagi dengan kehidupan yang penuh penderitaan dan keputusasaan.’ (‘Rogue State’, pendahuluan). Ia mendaftarkan sejumlah campur tangan AS berupa teror dan tindakan ilegal di luar negeri, sebagai berikut: Cina (1945-1951); Prancis (1947); Kepulauan Marshall (1946-1958); Italia (1947-1949); Yunani (1947-1949), Filipina (1945-1953); Korea (1945-1953); Albania (1949-1953); Eropa Timur (1948-1956); Jerman (1950-an); Iran (1953); Guatemala (1953-1990-an); Kosta-Rika (pertengahan 1950-an dan 1970-1971); Timur Tengah (1956-1958); Indonesia (1957-1958); Haiti (1959); Eropa Barat (1950-an-1960-an); Guyana (1953-1964); Irak (1959-1963); Uni Soviet (1940-an-1960-an); Vietnam (1945-1973); Kamboja (1955-1973); Laos (1957-1973); Thailand (1965-1973); | |
[pagina 140]
| |
Ekuador (1960-1963); Kongo (1960-1965, 1977-1978); Aljazair (1960-an); Brasilia (1961-1964); Peru (1965); Republik Dominika (1963-1965); Kuba (1959-2001); Indonesia (1965); Ghana (1966); Uruguay (1969-1972); Chili (1964-1973); Yunani (1964-1974); Afrika Selatan (1960-an-1980-an); Bolivia (1964-1975); Australia (1972-1975); Irak (1972-1975); Portugal (1974-1976); Timor Timur (1975-1999); Angola (1975-1980-an); Jamaika (1976); Honduras (1980-an); Filipina (1970-an-1990-an); Seychelles (1979-1981); Yaman Selatan (1979-1984); Korea Selatan (1980); Chad (1981-1982); Grenada (1979-1983); Suriname (1982-1984); Libya (1981-1989); Fiji (1987); Panama (1989); Afghanistan (1979-1992); El Salvador (1980-1992); Haiti (1987-1994); Bulgaria (1990-1991); Albania (1991-1992); Somalia (1993); Irak (1990-an hingga 2001); Peru (1990-an hingga 2001); Meksiko (1990-an hingga 2001); Kolumbia (1990-an hingga 2001); Yugoslavia (1995 hingga sekarang).
Daftar ini saya salin dari buku ‘Rogue State, A Guide to the World's Only Super Power’ oleh William Blum (Common Courage Press, Box 702, Monroe, Maine, 04951). Sampai saya menemukan buku ini di tahun 2000, saya akui, meskipun saya telah bekerja sebagai wartawan selama setengah abad, dan sebagian besar di New York, saya tidak pernah mengetahui sepenuhnya mengenai jangkauan kegiatan AS di seluruh dunia dalam pelanggaran semua prinsip hukum internasional, pelanggaran semua perjanjian internasional yang semula ditandatangani Washington, termasuk Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Data di atas membenarkan judul buku yang ditulis Blum untuk menyebut Amerika sebagai ‘Kekuasaan Super Bajingan di Dunia’. | |
[pagina 141]
| |
Saya amat terkejut ketika beberapa tahun yang lalu saya pertama kali menemukan rincian mengenai apa yang sebenarnya diajarkan kepada para pelaksana CIA dengan mengatasnamakan pertahanan nilai-nilai dan kebebasan berdemokrasi di seluruh dunia. Mereka yang percaya dengan pengertian Amerika tentang demokrasi dapat mengharapkan bantuan, berbentuk dolar atau senjata, dan akan dianggap ‘sekutu’. Tetapi, terkutuklah pihak-pihak atau para pemimpin di dunia yang mempunyai batasan lain dan tetap mempertahankan pendapatnya yang berbeda dengan yang dapat diterima Washington. Mereka akan dicekal dan dianggap ‘musuh’. Mereka menghadapi risiko genting akan diembargo atau dikepung, dan bila dirasa perlu, murid-murid Bill Donovan si Liar itu akan menggunakan berbagai tindak teror untuk memaksakan kehendak mereka di negara asing, dan menghukum mereka yang tidak patuh kepada apa yang menurut Washington merupakan hal yang terbaik bagi mereka.
‘Kecelakaan berencana adalah teknik yang paling efektif untuk pembunuhan rahasia. Bila berhasil dijalankan dengan baik, peristiwa itu tidak terlalu menarik perhatian dan hanya diperiksa sambil lalu saja.’ Kecelakaan mobil yang ditumpangi Putri Diana di Paris muncul dalam pikiran ketika ia mulai berpacaran dengan pria Muslim yang tidak diterima di lingkungannya. ‘Kecelakaan yang paling efisien ialah jatuh dari ketinggian 75 kaki atau lebih ke permukaan tanah yang keras. Untuk itu dapat dipakai cerobong lift, ruang tempat tangga, jendela yang tidak berpengaman, dan jembatan,’ demikian tercantum dalam buku pertunjuk mata-mata AS. ‘Perbuatan itu dapat dilakukan dengan mencengkeram pergelangan kaki orang yang akan dihabisi itu dengan keras dan tiba-tiba, sehingga ia kehilangan keseimbangan dan jatuh. Bila si pembunuh segera | |
[pagina 142]
| |
berteriak dan memainkan peran sebagai ‘saksi yang sangat kaget’ dengan baik, maka ia tidak memerlukan alibi atau ia harus pergi dengan diam-diam.’
Blum menyajikan beragam bagian buku yang diambilnya dari berbagai manual atau buku pedoman CIA. Tentu saja, sebagai contoh, bagian yang diambil dari buku pedoman yang dipasok Washington bagi kegiatan gerilyawan Contra yang didukung CIA untuk melawan Pemerintah Sandinista. ‘Culiklah semua agen atau pejabat pemerintah dan tempatkan mereka di tempat-tempat umum. Permalukanlah, ejeklah dan hinalah mereka. Bila ada gerilya yang menembak seseorang, usahakanlah agar seluruh kota tahu bahwa sistem yang bersifat menindas dari rezim Sandanista-lah yang sesungguhnya membunuh informan tersebut, dan senjata yang digunakan untuk menembak diperoleh dari peperangan menentang rezim tersebut. Kita dapat menetralkan beberapa sasaran yang telah dipilih dan direncanakan dengan baik, seperti hakim pengadilan, justice of the peaceGa naar voetnoot1., polisi dan petugas keamanan negara, kepala komisi pertahanan Sandinista, dan lain-lain.’ Perangsang untuk membunuh itu ditunjukkan dengan jelas di dalam buku pedoman CIA tersebut.
‘Bila mungkin,’ demikian lanjutan teks di dalam buku pedoman CIA itu, ‘kita menyewa jasa penjahat profesional untuk melaksanakan tugas yang telah dipilih secara spesifik. | |
[pagina 143]
| |
Tugas-tugas akan diserahkan kepada orang lain, agar kita dapat menciptakan seorang ‘martir’ sebagai penyebab, untuk membawa para pengunjuk rasa berhadapan dengan pejabat Pemerintah Sandinista, agar terjadi kekacauan dan penembakan yang akan berakibat tewasnya satu atau beberapa orang, yang dapat dijadikan martir atau syuhada, dan situasi tersebut harus segera dimanfaatkan untuk menentang rezim, sehingga tercipta perselisihan yang lebih besar. Pembinaan sekelompok prajurit yang khusus dipilih, dilatih, dan dipersenjatai untuk menyerang (Jerman: Stosstruppen; Inggris: Shock troops), dipersiapkan untuk keperluan ini. Anggota kelompok itu dipersenjatai dengan pisau, silet, rantai, pentungan, gada, dan lain-lain, dan disuruh berbaris agak di belakang peserta unjuk rasa yang tidak berdosa dan mudah ditipu itu.’
Ketika di tahun 1960-an saya bekerja sebagai wartawan di Indonesia, Kuba, dan Kongo, sedikit demi sedikit saya mulai memahami apa artinya bagi negara-negara di Dunia Ketiga bila Tim Rahasia di Washington memutuskan bahwa pemimpin seperti Soekarno, Castro, atau Patrice Lumumba harus disingkirkan, karena pengikut Bill si Liar menganggap mereka terlalu nasionalis demi kepentingannya sendiri. Selama Perang Dunia II, Hitler menunjuk sejumlah Gauleiter sebagai wakil di daerah-daerah yang didudukinya. Belajar dari contoh yang diberikan Third Reich Kanzler ini, Washington ‘memasang’ makar kejinya Soeharto di Indonesia, dan Mobutu di Kongo. Soekarno terbunuh dengan cara mengurungnya sendirian. Lumumba dicincang sampai berkeping-keping oleh persekongkolan CIA yang berkolusi dengan pengkhianat Kongo | |
[pagina 144]
| |
dan prajurit upahan Belgia. CIA mula-mula mencoba berbagai tipu muslihat lain untuk melenyapkan Lumumba, seperti memberinya pasta-gigi beracun. Rupanya tidak ada cerobong lift yang cocok untuk dipakai melemparkannya ke bawah pada masa itu di Leopoldville, oleh sebab itu CIA terpaksa menyewa pembelot lokal untuk menghabisi Perdana Menteri Kongo pertama yang dipilih dengan cara yang demokratis ini. Amerika Serikat selalu suka akan pemilihan yang bebas, kecuali apabila pemimpin yang terpilih secara demokratis itu tidak dapat diotak-atik agar sesuai dengan tingkah laku Washington. Bila itu terjadi, maka mereka akan merujuk ke buku pedoman CIA, untuk mencari cara yang paling efisien untuk melenyapkan orang tersebut.
Royal Institute of International Affairs di London sejak bertahun-tahun yang lalu telah menyatakan bahwa Amerika Serikat hanya berpura-pura saja dalam hal demokrasi. ‘Komitmen AS yang sesungguhnya ialah bagi perusahaan swasta yang kapitalis.’ Mereka mengatakan dalam kajian mereka, ‘terutama apabila ada ancaman yang membahayakan hak-hak para investor AS, maka demokrasi dikorbankan sebagai ganti kepentingan ekonomi dan keuangan yang mutlak untuk AS.’ Apabila diktator fasis seperti Soeharto dan Mobutu bekerja sama untuk menjamin kepentingan AS, Tim Rahasia bahkan terlihat lebih menyukai mereka daripada politisi yang betul-betul terpilih secara berdemokrasi. Kedua penjahat yang menjadi pemimpin di Asia dan Afrika itu dibiayai selama berpuluh tahun dengan triliunan dolar yang berasal dari gabungan negara-negara kaya (termasuk Belanda), yang bersatu untuk memanipulasi perekonomian dan sumber daya alam kedua negara berkembang itu, Indonesia dan Kongo, melalui rezim boneka CIA yang dikendalikan dengan | |
[pagina 145]
| |
ketat oleh Barat, bersama dengan berbagai lembaga keuangan di Barat, termasuk para manipulator yang jahat seperti World Bank dan International Monetary Fund. Rancangannya tidak lain sebagai sarana untuk meneruskan imperialisme dan kolonialisme Barat dengan samaran baru. Globalisasi merupakan sarana penggantinya yang busuk dan tidak bermoral.
Chomsky merangkum semua itu dalam ‘What Uncle Sam Really Wants’ (‘The Real Story Series’, Odonian Press, 1997): ‘Apabila dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, IMF mempakan alat yang lebih berdaya guna, bila dibandingkan dengan Angkatan Laut dan CIA. Tetapi, ‘kepalan besi’ harus tetap siaga di belakangnya, selalu siap apabila diperlukan.’ Noam Chomsky merujuk kepada pemasangan para diktator CIA (Soeharto dan Mobutu) sebagai kebijakan ‘penyewaan penjahat yang kejam’ pemerintah AS (hlm. 76). Ia melanjutkan: ‘AS telah sampai ke sana, terutama lewat sistem Pentagon... Sekarang kami terkunci di dalam peralatan yang dipasang ini, untuk menjaga industri elektronik, komputer dan industri berteknologi tinggi kami pada umumnya... Pengalihan sumber daya ke tangan sekelompok kecil orang kaya dan berbagai kebijakan pemerintah lainnya mengakibatkan gelombang besar manipulasi keuangan dan pesta pora pemborosan. Hampir tidak ada penanaman modal yang menghasilkan, dan negeri itu terbebani utang yang sangat banyak: pemerintah, perusahaan, rumah tangga, semuanya, dan utang yang tak terhitung besarnya karena tidak terpenuhinya kebutuhan sosial, sementara masyarakatnya terseret ke pola Dunia Ketiga, dengan pulau-pulau yang kaya di tengah lautan kesengsaraan dan penderitaan.’ | |
[pagina 146]
| |
Profesor Chomsky menunjukkan, apabila negara adikuasa seperti AS melibatkan dirinya dalam kebijakan seperti itu, negara ini juga harus mencari jalan untuk mengalihkan perhatian penduduk agar tidak mengetahui hal yang sebenarnya terjadi. Prosedur bakunya ialah menakuti mereka dengan gambaran adanya musuh yang mengerikan di mana-mana. Dengan hancurnya kekuatan Soviet yang jahat hingga berkeping-keping, para pengikut Clinton dan Bush telah menyelamatkan bangsa Amerika dari bahaya yang mengintai di tempat lain. Pengikut Qadaffi dan teroris misterius seperti Osama bin Laden merupakan pengelak bahaya, dan karena keberanian Bill Clinton, yang menembakkan pesawat tak berawak di Sudan dan Afghanistan, bahaya teror di negeri sendiri dapat dienyahkan dari tanah suci Amerika. Selama sepuluh tahun ini Saddam Hussein telah menjadi bahaya yang utama bagi Barat. Media Barat telah menggambarkan dengan jelas ihwal skenario yang mengerikan mengenai kemampuan Saddam dalam perang biologi dan nuklir, untuk membenarkan diteruskannya tindakan perang yang melanggar hukum oleh pesawat tempur AS dan Inggris yang ultra-modern untuk menyerang Irak. Pada umumnya, catatan kejahatan Tim Rahasia, CIA, dan Pemerintah AS terus bertambah panjang. AS adalah satu-satunya negara adikuasa yang telah menggunakan peralatan nuklir menyerang kota-kota yang padat penduduknya di Jepang. Amerika Serikat pulalah yang pertama kali memakai perang kimia di Asia Tenggara. |
|