Bung Karno Sahabatku
(2001)–Willem Oltmans– Auteursrechtelijk beschermd
[pagina 129]
| |
Den Haag (1961)Memang terjadi serangkaian pembicaraan antara Paul Rijkens, dan anggota kelompoknya, baik dengan Perdana Menteri Jan de Quay maupun dengan Menteri Luns. Tetapi tanggal 24 Mei 1961 Pater Beaufort, yaitu Godfather-nya Luns dan KVPGa naar voetnoot1. menjelaskan di parlemen bahwa pemerintah tidak dapat atau tidak akan pernah dapat memberikan mandat kepada kelompok swasta, seperti kelompok Rijkens, untuk menangani masalah mengenai bagian kerajaan Belanda, Irian Barat, dengan negara lain. Inti pembicaraan di Washington yang sebenarnya ialah, Bung Karno ingin tahu keadaan yang sebenarnya, apakah tuan-tuan dari kelompok Rijkens dapat berperan di meja perundingan. Bila tidak, maka percuma saja berbicara dengan Rijkens, Van Konijnenburg dan Scholtens. Dari New York saya terbang ke rumah untuk mencari tahu mengenai hal ini. | |
[pagina 130]
| |
Tidak perlu lagi bantuan orang tua-tua yang baik, peranan mereka rupanya sudah tamat, jadi inilah manfaat lobi kelompok Rijkens. Yang lain dari itu adalah tipuan, tidak saja terhadap para pelobi itu sendiri, tetapi juga terhadap Indonesia dan Soekarno. Saya memutuskan akan bertindak lagi, tetapi kali ini dengan cara yang lebih lunak, selangkah demi selangkah. Saya jelaskan strategi saya kepada rekan Joris van den Berg dari Vrij Nederland. Akhirnya Machiavelli pun tidak menuliskan aksiomanya bagi orang amatiran. Tanggal 3 Juni 1961, Joris menerbitkan pembicaraannya dengan saya di Vrij Nederland, di sana saya dengan hati-hati sedikit menyingkap tabir pertemuan di Washington. Sudah dapat saya duga sebelumnya, tuan-tuan dari kelompok Rijkens akan segera menyangkal semuanya, baru kemudian pintu gerbangnya akan terbuka lebar untuk menampilkan semua cerita yang sebenarnya. Tanggal 3 Juni, dengan tiket hadiah dari kelompok Rijkens, saya bergegas ke Washington untuk mengabari Dubes Zain akan hal ini. Saya tegaskan kepadanya bahwa lobi Rijkens di Jakarta boleh saja dianggap mati, karena Luns dan kaki tangan politiknya tidak akan membiarkan hal ini. Sementara itu, pemerintah Belanda sampai Juni 1961 pun belum juga mengambil keputusan, apakah perundingan seperti yang didesakkan oleh JFK itu benar-benar akan dapat terselenggara. ‘Tetapi’, kata saya lebih lanjut, ‘Scholtens dan Van Konijnenburg masih meminta saya menanyakan apakah mereka dapat menemui Presiden Soekarno lagi di Roma nanti.’ ‘Di sana nanti, pembicaraannya tentulah masih di sekitar | |
[pagina 131]
| |
penyerahan Irian Barat,’ jawab duta besar itu. ‘Kami tidak dapat bersitawar lagi. Pada akhirnya mereka harus datang melompati jembatan dengan membawa barangnya.’ ‘Anda sekalian selalu mengharapkan bahwa kita melangkah lebih dahulu. (Dengan nada yang meninggi) De Quay dan Luns harus digiring masuk jebakan. Kelompok Rijkens, dengan dukungan pemerintah, sekarang harus muncul dengan surat yang menyatakan bahwa semuanya beres,’ demikian kata dr. Zain. ‘Maka semua pendapat akan tercatat dalam sejarah dan kita akan tahu pihak mana yang berbohong. Sejarah ada di pihak kita. Luns tidak dapat lagi menentang penyerahan kembali Irian Barat kepada Indonesia. Bung Karno sendiri juga tidak pernah menginginkan situasinya berkembang seperti ini. Kekuasaan sejarah memainkan permainan mereka sendiri. Soekarno tidak pernah menginginkan kabinet presidensiil, tetapi tekanan berbagai peristiwa telah mendorongnya ke arah itu.’ ‘Politik,’ kata pak dubes selanjutnya, ‘sama seperti ilmu pasti. Politik tampak sama masuk akalnya seperti halnya dengan aljabar dan ilmu ukur. Bila Anda telah menguasai matematika politik, maka Anda berkuasa. Politik ialah pembagian kekuasaan, yang harus Anda telaah dengan nalar secara cermat. Kelemahan kebanyakan orang adalah, dan ini sebenarnya berlaku bagi ayah saya sendiri dan juga bagi Anda, orang menilai fakta politik dari kulitnya saja. Kenyataannya tidak begitu. Di dalam politik Anda harus selalu mempertanyakan, apa pola pikirnya, apa yang diingini lawan Anda, apa logika yang melatarinya, mengapa ia mengubah haluan | |
[pagina 132]
| |
politiknya, alasan penting apa yang mendorongnya? Tidak ada filantropi atau cinta kepada sesama dalam berpolitik. Yang berperan ialah kepentingan pribadi yang mumi dan amat keras. Hanya dengan kepercayaan dan keyakinan akan umsan Anda, maka Anda akan memenangkan permainan. Bahwa Anda memiliki kemampuan itu, telah anda buktikan. Kita akan berhasil, barangkali tidak dalam seminggu atau sebulan, tetapi kita harus mengupayakan suatu terobosan, sampai urusan ini terpecahkan. Luns mundur selangkah demi selangkah. Pertanyaannya adalah, Apakah Belanda akan benar-benar kehilangan segala-galanya? Den Haag saat ini berisiko ke arah itu.’ Dr. Zain berkata bahwa apabila saya ‘mencecarnya dengan pertanyaan yang bertubi-tubi, maka Anda memaksa saya menjadi pintar dan saya berikan gagasan saya yang paling cemerlang kepada Anda.’ ‘Anda tahu bahwa saya adalah pendengar yang baik dan saya datang ke sini untuk belajar,’ jawab saya. ‘Di samping itu, suatu hari nanti saya akan menerbitkan kata-kata yang Anda sampaikan sekarang.’ ‘Oleh sebab itu saya mencoba menjelaskan bagi Anda keadaan apa yang terjadi sekarang,’ kata dr. Zain. ‘Kita harus bermain melawan mitra kita di kelompok Rijkens. Dan kita bermain melawan pers yang katanya bebas, belum lagi bicara tentang bajingan-bajingan di parlemen Anda, yang semuanya makan dari Luns.’ Saya katakan kepadanya, ‘Saya merasa perjalanan pulang ke Amsterdam nanti seakan pergi ke bagian Nederland yang diduduki Nazi, dengan masyarakat yang sangat benci dan anti- | |
[pagina 133]
| |
Soekarno di sekeliling saya, sementara saya tahu bahwa mereka tidak sadar akan apa yang mereka katakan.’ ‘Oleh sebab itulah saya menghargai Anda,’ demikian pak dubes. ‘Anda selalu bersedia untuk kembali masuk ke sarang singa di Belanda. Dan saya juga tahu bahwa Anda melakukannya bukan demi uang dan bukan pula demi kepentingan Indonesia sebagai tujuan utama.’Ga naar voetnoot2. Apa yang dikatakannya memang benar dan apa yang keluar dari mulutnya tidak pernah akan saya lupakan. Tanggal 6 Juni saya kembali ke Amsterdam. Presiden Soekarno hari ini, hari ulang tahunnya yang ke-60, berada di Moskow, tempat Nikita Krushchev menyelenggarakan jamuan baginya. Saya ingin ke Moskow, tetapi kedutaan Uni Soviet tidak mau memberi saya visa. Henk Hofland juga bercerita bahwa kalangan pemerintah di Den Haag sedang berupaya mengeluarkan pernyataan yang akan merintangi gerakan saya di Belanda. Ia menyebutkan tiga hal: 1) Semua kegiatan saya ditujukan untuk menentang kepentingan negara. 2) Reputasi saya buruk dalam hal seks karena saya tidur baik dengan laki-laki maupun dengan perempuan, dan 3) Betapapun caranya, saya harus dijauhkan dari Putri Beatrix. Yang membacanya akan mempertimbangkan sendiri tentang hal yang berkaitan dengan ‘pernyataan pemerintah’ itu mengenai diri saya. Apakah saya harus dijauhkan dari Beatrix, hanya karena kebetulan kami dibimbing oleh wanita yang sama, Nona G. Buringh | |
[pagina 134]
| |
Boekhoudt, ketika kami masih bersekolah di Lyceum di Baarn? Tanggal 8 Juni 1961 Van Konijnenburg menelepon saya. Ia berteriak, ‘Kebakaran! Tanggal 3 Juni Anda menulis tentang Pangeran Bernhard dan kelompok Bilderberg-nya di Vrij Nederland dan sesudah itu Anda telah menyebut Scholtens dan saya sebagai anggota kelompok Rijkens, bahwa kami telah mengadakan perundingan tidak resmi dengan Indonesia. Anda telah mencampuradukkan semuanya dan membuat jalur telepon di Den Haag saat ini merah membara. Urusannya jadi terbalik semua.’ Saya tahu benar bahwa secara resmi ada dua kelompok yang terpisah: Bernhard dan Paul Rijkens di Bildenberg, dan Rijkens, Scholtens dan Van Konijnenburg di kelompok pelobi Rijkens dalam kaitan dengan masalah Irian Barat. Tetapi akhirnya saya berhasil meminjam Pangeran Bemhard dari kelompok Bilderberg dan membawanya secara terbuka untuk berhubungan dengan kelompok Rijkens, dengan menyarankan agar Gedung Putih hanya mendengarkan Pangeran Bemhard dalam hal yang berkaitan dengan masalah Papua. Kegaduhan di Den Haag mengenai peranan pangeran ini sangat tidak disukai, karena langkah Bemhard ke JFK mengenai Irian Barat pada hakekatnya berarti bahwa pangeran itu telah menduduki kursinya si Luns. Hubungan ketatanegaraan dengan orang yang jadi pangeran karena perkawinan, karena ia suami Ratu Juliana, tidak mengizinkannya bertindak sebagai Yang Mulia Pangeran di hadapan Kennedy, seperti yang saya usulkan. Namun ia berani melakukannya. Tujuannya semata-mata hendak mencegah | |
[pagina 135]
| |
pecahnya konflik militer antara Indonesia dan Belanda Bernhard telah bertindak benar. Hal ini adalah demi kerajaan, bukan demi karirnya Luns. Pangeran ini mendirikan organisasi Bilderberg yang jadi terkenal itu tahun 1954 di Hotel Bilderberg dekat Arnhem.Ga naar voetnoot3. Dalam biografinya Alden Hatch Yang Mulia Pangeran ini mengutarakan bahwa gagasannya untuk mendirikan think tank atau pabrik gagasan yang berorientasi ke kawasan Atlantik ini berasal dari dr. Joseph H. Retinger. Pria ini berasal dari Krakow, bagian Polandia bekas Austria. Ia menjadi pejuang gigih dalam Perang Dingin anti-komunis dan bertemu pangeran ini, yang bersedia mengetuai sekelompok orang terpilih dari Eropa Barat dan Amerika Serikat untuk menjaga suhu perasaan anti-Soviet yang berlebihan. Dalam biografi pangeran ini tercantum bahwa Retinger tadi sering berhasil mencapai keinginannya lewat cara yang amat licik. Voila! Pangeran Bernhard telah berhasil menjadi murid Retinger yang cemerlang yang tidak pernah akan mundur ketakutan, dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan atas dasar Borgian aptitude for intrique (hal 237). Andai saja Luns bukan orang loyo yang suka berbohong, maka Anda akan bersimpati kepada pejabat pemerintah ini, yang dengan segala daya yang dimilikinya berusaha menentang penjelajahan terhadap kebijakan luar negeri pemerintah oleh suami dari kepala negara ini. Tetapi | |
[pagina 136]
| |
sebaliknya, Menteri Luns selama bertahun-tahun tidak melihat manfaatnya membohongi ratu, kabinet dan parlemen tentang apa yang disebut kesanggupan Amerika untuk tidak membiarkan terjadinya sengketa baru di antara Belanda dan Indonesia, kali ini tentang Irian Barat. Pangeran Bernhard tahu bahwa Luns banyak berbohong, karena ia sangat bersahabat dengan Dubes dr. J.H. van Roijen, yang telah mendengarkan pembicaraan menterinya tentang masalah ini di Washington selama bertahun-tahun. Van Roijen tahu bahwa cerita Luns mengenai janji militer Amerika untuk Belanda hanyalah isapan jempolnya saja. Pengetahuan inilah yang mendorong Pangeran Bernhard memutuskan akan menerima undangan JFK dan membuka kartu tentang masalah Irian Barat di atas meja, di hadapan JFK yang bingung oleh kebohongan si Luns. Rakyat Belanda patut berterima kasih kepada pangeran ini. Maka, sesuai benar dengan tujuan dan harapan saya, Paul Rijkens membuat sanggahan di Vrij Nederland. Saya dapat memahami bahwa tahun 1961 itu, baik Pangeran Bemhard maupun Paul Rijkens, tidak mungkin dapat menyingkap peranan yang sebenarnya mereka mainkan di Washington. Setiap tindakan Pangeran Bemhard, terutama menyangkut masalah Irian Barat, haruslah disembunyikan, dan sedikit banyak saya telah menyindir hal itu. Oleh satu dan lain hal, terbuka jalan bagi saya menulis Surat Terbuka di Vrij Nederland terbitan 17 Juni 1961 yang ditujukan kepada tuan-tuan di kelompok Rijkens. Informasi yang saya sampaikan dalam Surat Terbuka itu agak menimbulkan onar di Den Haag. Konco lawas saya | |
[pagina 137]
| |
sesama wartawan, Henk Hofland, dalam Tegels Lichten mempersamakan ulah saya dengan pertunjukan sirkus. Saya sendiri merasa, bahkan juga di tahun 1995, bahwa saya bersungguh-sungguh berusaha hendak menyelamatkan apa yang masih terselamatkan, tentu saja dengan peluang yang sangat terbatas, karena sabotase penguasa saya dihalangi untuk mengemukakan pendapat saya di tanah air. |
|