Mencekik dengan kain sutera
(1998)–Willem Oltmans, Dewi Sukarno– Auteursrechtelijk beschermd
[pagina 27]
| |||||
[pagina 28]
| |||||
Bung Karno
| |||||
[pagina 29]
| |||||
Furat dari Amsterdam
| |||||
[pagina 30]
| |||||
sebenarnya. Hal itu jelas merupakan suatu kebohongan. Para perwira yang bergerak pada tanggal 30 September 1965 adalah pahlawan yang sesungguhnya. Mereka bertindak untuk membela Republik (Negara) dan Presiden melawan kudeta Angkatan Darat yang didukung dan dibiayai oleh Washington dan CIA. Selama bertahun-tahun Amerika Serikat telah berencana untuk menggulingkan Bung Karno. Amerika yang tengah berperang di Asia Tenggara menginginkan Bung Karno, dan kemudian Pangeran Norodom Sihanouk, jatuh. Alasannya, komunisme. Ketika Franklin Roosevelt dan Winston Churchill menjadi mitra Joseph Stalin dalam perang dunia II melawan fasis Jerman, tak berarti Roosevelt dan Churchill menjadi komunis. Sama saja, Soekarno dan Sihanouk menentang Amerika dalam perang Vietnam Mereka menentangnya bersama-sama dengan Mao dan Ho Chi Minh. Itu tak membuat mereka menjadi komunis, anda dan mitra anda telah membuat rakyat Indonesia di tahun 1965 percaya sebaliknya. Dengan sengaja anda membuat Bung Karno tampak seperti seorang, pengkhianat yang sanggup memerintahkan dibunuhnya enam (orang) jenderal Angkatan Darat dalam suatu persekongkolan dengan pihak komunis. Untuk merebut kekuasaan, anda membuat tuduhan palsu bahwa Presiden Soekarno telah mendalangi kudeta menentang pemerintahannya sendiri. Pers sedunia masih terus mengulang-ulang kebohongan ini. Sesungguhnya andalah yang telah melakukan pengkhianatan terhadap negara dan bangsa. Anda dengan sengaja telah tidak mematuhi perintah yang datang dari Bung Karno, Panglima Tertinggi anda. Dengan melakukan hal itu anda telah menjadi kepala negara yang sama sekali ilegal. Belum lama ini, anda berkata pada ‘The Herald Tribune’: ‘Saya akan gebuk siapa saja yang mencoba menyingkirkan saya secara inkonstitusional.’ Namun anda sendiri, Tuan Presiden, merupakan seorang penipu konstitusional yang mengaku sebagai penyelamat bangsa dari komunis. Wawasan Bung Karno - yang saya pahami dengan mendalam, | |||||
[pagina 31]
| |||||
berbeda dengan anda - benar-benar dilengkapi dengan pengakuan atas hak-hak asasi dan prinsip-prinsip dasr demokrasi. Bila Partai Nasional Indonesia merupakan ‘anak’ dari hasil pemikirannya, maka ia memandang PKI segai anak tirinya (anak angkat). Dia adalah Bapak bagi semua bangsa Inonesia, termasuk orang komunis. Mereka memihaknya dalam menentang penjualan kekayaan nasional bagi kepentingan negara lain. Mereka menolak, sebagai Presiden Soekarno, untuk menjual Indonesia pada wiraswasta asing dan para ‘gangster’, seperti yang anda lakukan, menjadi pencuri, korup (atas) kekayaan bangsa sendiri. Ketika para perwira bergerak untuk mencegah kudeta oleh Angkatan Darat yang diorganisasikan oleh Dewan Jenderal kemungkinan beberapa anggota PKI bergabung dengan mereka demi tugas patriotik. Bung Karno tahu, anda dan saya juga tahu, bahwa sama sekali tidak pernah terjadi kudeta PKI untuk menjatuhkan Pemerintahan Presiden Soekarno. Tentu saja masyarakat menjadi resah dan bingung ketika anda dan komplotan anda mengatakan pada rakyat bahwa anda terpaksa menyelamatkan bangsa dari komunisme. Di tahun 1966, staf anda, dan terutama jenderal Sutikno Lukitodisastro, memohon kepada saya untuk membantu meyakinkan Bung Karno agar secara terbuka mengutuk PKI. Ini akan mengesahkan pertumpahan darah besar-besaran terhadap para patriot dan yang dinamakan pengikut komunis. Tentu saja Presiden Soekarno menolak. Beliau sangat menyadari akan kebenaran dan fakta yang sesungguhnya Pada tahun enam-puluhan beliau telah memperoleh beberapa kali peringatan tentang jenderal Abdul Haris Nasution yang tengah bersekongkol dengan Amerika. Beliau sendiri yang menceriterakan kepada saya. Ajudan Nasution, Ujeng Suwargana, muncul ke permukaan ada tahun enam-puluhan di Paris, Bonn, Amsterdam, New York dan Washington untuk mengingatkan setiap orang, yang bersedia mendengarkan, bahwa Nasution akan menggantikan Soekarno. Ujeng Suwargana menambahkan, ‘Kami akan memenjarakan Presiden Soekarno, mengasingkannya dari rakyat, dan membiarkannya mati seperti tanaman kekuarangan air.’ Itulah, | |||||
[pagina 32]
| |||||
Presiden Suharto, yang anda lakukan terhadapnya antara tahun 1965 dan 1970. Anda bertanggung jawab atas kematian Bapak Bangsa ini pada waktu yang bukan semestinya. Saya bahkan menemani jenderal Sutikno pada tanggal 11 Oktober ke Istana Merdeka dan hadir pada pembicaraannya dengan Presiden Suharto tentang peranan PKI di tahun 1965. Bung Karno adalah seorangyang menjunjung kehormatan. Beliau menolak untuk berbohong tentang komunis untuk memenuhi tujuan Amerika dan anda di Indonesia. Beliau sadar sepenuhnya akan pengkhianatan anda dan secara mendasar menolak kebijaksanaan anda yang menyerahkan Indonesia ke tangan kapitalisme internasional. Sejak tahun 1955, falsafah politik Soekarno telah berdasarkan tidak mengikatkan diri pada salah satu pihak (Non blok), suatu gerakan yang dimulainya ke seluruh dunia di tahun 1955 di Bandung. Tujuannya selalu adalah mencegah Indonesia jatuh ke tangan kapitalisme atau pun komunisme. Dalam hal ini PKI setuju dengan beliau sebagaimana dijelaskan DN. Aidit kepada saya di tahun 1961 dalam suatu kunjungan panjang ke New York dan PBB. Karir militer anda memang sukses. Presiden Soekarno mengakui kemampuan militer dan terus menerus meningkatkan karir anda. Sementara itu, anda masih buta akan politik Indonesia maupun dunia. Secara politis, Soekarno tak dapat menganggap anda serius. Anda menerima sikapnya sebagai suatu penghinaan. Padahal bukan itu maksudnya. Presiden Soekarno mencoba mengatakan pada anda untuk tetap dalam urusan militer, tunggu perintah saya dan jangan turut campur dalam urusan politik, karena anda tidak tahu apa yang sedang terjadi di dunia. Kini, setelah tiga puluh tahun di bawah rezim militer, Indonesia berubah menjadi negeri khayalan yang mengesankan kenormalan dan kemakmuran pada dunia luar. Namun dalam kenyatannya, anda memerintah dengan tangan besi. Lima puluh tahun setelah | |||||
[pagina 33]
| |||||
fasis di mana rakyat, wartawan, pekerja, petani dan politisi tak dapat secara bebas mengekspresikan dirinya, karena takut ditangkap dan dipenjara. Setelah bertahun-tahun, anda menutup kamp konsentrasi terbesar di Indonesia dan baru-baru ini anda menghentikan peraturan untuk mencap paspor (KTP, pen) bekas tahanan dengan huruf ET (Ex Tapol). Ini sungguh merupakan beberapa langkah maju dan memperbaiki kejahatan (anda) kepada rakyat dimasa lalu. Anda menganggap kepresidenan dan kepemimpinan anda selama tiga puluh tahun ini suatu sukses besar. Kenyatannya anda telah menciptakan suatu monster. Indonesia di atahun 1995 dikenal seluruh dunia sebagai negara yang paling curang di Asia. Anda, anggota keluarga anda dan anak-anak mereka, teman-teman militer dan sipil anda telah memperkaya diri sendiri diluar yang dapat diperhitungkan ataupun dibayangkan. Bahkan kepresidenan Ferdinand Marcos dari Filipina kini tampak amatir dibanding anda. Kepresidenan Marcos pun berakhir dengan mendadak. Tuan Presiden, Terakhir saya menulis kepada anda lima tahun yang lalu setelah penerbitan memoar anda. Saya mencobauntuk menunjukkan beberapa penyimpangan sejarah yang telah anda lakukan. Tak seorang pun di Indonesia bebas untuk mengkritik anda atas pembelokan fakta berkaitan dengan sejarah Indonesia atau peranan Bapak Bangsa dalam sejarah. Anda adalah seorang yang sanggup menjebloskan bahkan sekedar seorang anak pengantar koran ke penjara karena anda tak suka bahan-bahan (bacaan) yang diletakkannya di kotak surat orang. Surat saya kemudian muncul dalam buku ‘Primadosa’, yang ditulis oleh Wimanjaya Liotohe. Sekarang diatengah mengerjakan buku baru berjudul ‘Primadusta’. Kenyataan dan fakta sejarah tak dapat disembunyikan dari masyarakat selamanya, tak perduli halangan apa yang didirikan oleh polisi dan tentara anda untuk | |||||
[pagina 34]
| |||||
mematahkan arus yang mencari kebenaran. Barangkali, waktunya telah tiba bagi anda untuk membuka semua fakta dan meletakannya di meja serta menaruh kepercayaan pada bangsa. Dapatkah anda menemukan dalam hati anda kemampuan untuk berbagi dengan seluruh rakyat Indoneia tentang apa yang terjadi pada tahun 1965? Dalam sejarah, terlalu sering pahlawan dihukum mati sebagai pengkhianat, Tak terkecuali Indonesia. Sebagai contoh, Kolonel Untung di tahun 1965 memimpin suatu gerakan untuk melindungi Republik dan Presiden Soekarno. Anda menyuruh menembaknya. Kata terakhirnya, betapapun, adalah ‘Hidup Bung Karno’. Buku sejarah Indonesia di masa depan akan menyebutkan kolonel Untung sebagai seorang pahlawan yang gugur untuk negaranya. Ini hanya satu dari banyak contoh lain. Tidakkah waktunya telah tiba di masa-masa akhir hayat anda untuk mengaku dan menyatakan pada rakyat Indonesia bahwa anda telah dengan sengaja menyelewengkan apa yang sesungguhnya terjadi pada tahun 1965 untuk memenuhi ambisi anda memperoleh kekuasaan tertinggi di negeri ini? Saya telah belajar di Indonesia bahwa kesediaan untuk memaafkan adalah karakteristik bangsa ini. Bangsa Indonesia telah lama memaafkan Belanda atas kolonialisme dan imperialismenya selama berabad-abad. Anda semua tampak telah menghapus dari ingatan kejahatan yang dilakukan ketika Belanda menjajah Hindia Belanda. Kunjungan Ratu Beatrix belum lama ini menjadi kegagalan yang menyedihkan, karena Belanda adalah pecundang yang buruk. Mereka tidak pernah mengakui kemenangan Indonesia dan Bung Karno. Mereka tidak mampu mengakui kekalahan secara langsung kepada Indonesia. Dalam surat yang ditulis oleh teman anda jenderal Pamu Raharjo di tahun 1994, Belanda diminta agar aRatu bersedia meletakkan karangan bunga di makam Bung Karno. Surat ini, yang mendapat persetujuan pribadi anda, saya bawa kepada Ratu dan Perdana Menteri Ruud Lubbers. Surat itu terang-terangan diabaikan. Lima puluh tahun setelah tahun 1945 Belanda masih tak sangup untuk secara terus terang menyatakan kekalahannya. Akibatnya Ratu | |||||
[pagina 35]
| |||||
mendarat di Jakarta pada sebuah ‘lapangan ranjau’ seperti dikatakan Menteri Luar Negeri Belanda saat itu. Indonesia telah berharap kunjungan Ratu akan membuka suatu awal hubungan antara bekas kekuatan kolonial dengan bekas jajahannya. Den Haag sekali lagi melepaskan kesempatan yang berharga. Indonesia, dan anda pribadi, telah dihina berulang kali. Saya tahu kondisinya tidak tepat dan telah memperingatkan untuk lebih baik tidak mengadakan kunjungan dari pada uatu kunjungan yang melenceng. Saya meminta kepada Ratu, begitu diputuskan beliau akan tetap pergi, untuk setidaknya pergi ke Blitar dan mengakui Bung Karno sebagai Bapak Bangsa. Uskup Belanda pun melakukan hal yang sama. Tak ada yang mendengarkan. Saya sungguh memahami ketidak senangan Indonesia yang anda nyatakan dengan berbagai cara. Tanpa benar-benar menyadarinya, barangkali, pihak Belanda telah menumpuk penghinaan demi penghinaan bagi Indonesia dan anda pribadi. Anda tak punya pilihan selain menunjukkan dengan jelas ketidak-senangan Indonesia kepada kekasaran Belanda yang terang-terangan. Setelah mengakui hal ini, saya bertanya-tanya apakah telah tiba waktunya bagi anda untuk menceritakan pada masyarakat kebenaran tentang peristiwa traumatis di tahun 1965. Saya telah berharap anda akan melakukannya pada tanggal 17 Agustus 1995. Jenderal Mursid, seorang teman saya, adalah seorang patriot sejati. Ketika saya menyebutkan bahwa pengkhianat di manapun biasanya pantas ditembak, dengan tenang dia menjawab, ‘Tidak, bukan kita yang mengadili. Tuhan yang akan mengadilinya.’ Ketika saya makan siang dengan Ibu Hartini Soekarno, beliau berbicara dengan lembut dan baik tentang anda. Karena lahir di Belanda, saya menjadi marah. ‘Bagaimana anda dapat berbicara sedemikian baiknya tentang orang yang mengkhianati Bung Karno dan menyiksanya sampai mati?’, saya bertanya. Ibu Hartini diam dan menggelengkan kepalanya. Diamnya orang Jawa terkadang berarti lebih dari seribu kata. Saya masih ingat dengan jelas wajah sedihnya saat itu, dan air | |||||
[pagina 36]
| |||||
mata. Di Barat sukar untuk dapat menangkap cara berpikir orang Jawa. Saya memikirkan hal itu sesudahnya, dan bamgkali belajar dari Ibu Hartini dan Jenderal Mursid. Bukan pula gaya Bung Karno untuk menyelesaikan masalah atau membalas dendam dengan peluru. Contoh terbesarnya bagi bangsa ini pun terletak pada pemberian maaf. Barangkali, inilah sikap orang Jawa yang paling otentik, yang tidak dipahami oleh Ratu dan Pemerintah Belanda. Mereka bahkan cukup ‘kasar’ dengan membawa enam puluh pengusaha terkemuka dalam rombongan Ratu ke Jakarta, menunjukkan mental ‘kruideniers’ Belanda yang khas. Kunjungan kerajaan dimaksudkan sebagai lambang rekonsiliasi antara dua negara dan bangsa, seharusnya tidak dicampur adukkan secara terang-terangan dengan pengambilan keuntungan dan sikap ‘The Merchant of Venice’. Hal ini pun merupakan kesalahan yang tak dapat dimaafkan. Seorang mantan menteri pada kabinet anda dan Presiden Soekarno, mengundang saya kerumahnya awal tahun ini. Dia mendesak saya untuk tidak menulis tentang 1965, karena sebagian besar rakyat Indonesia tidak menyadari adanya pengkhianatan terhadap Bung Karno oleh Angkatan Darat yang berkolaborasi dengan CIA. ‘Tunggu sampai Suharto pergi’, katanya. ‘Kami telah mengalami pertumpahan darah dalam revolusi kemerdekaan bersama Bung Karno. Sekali lagi pada waktu Suharto mengambil alih kekuasaan. Kami ingin presiden ketiga kami muncul dengan damai’ Perpindahan kekuasaan dimasa depan yang berlangsung secara damai terletak di tangan anda. Bangsa Indonesia harus dibebaskan dari trauma 1965. Hanya anda yang dapat menyembuh-kan luka tersebut dengan cara menceritakan hal yang sebenarnya, betapa pun menyakitkannya. Tanggung jawab anda dalam menggulingkan Bung Karno, mendalangi pertumpahan darah yang tak terlupakan dan membangun kamp konsentrasi, kini telah menjadi fakta sejarah, anda akui atau tidak. Seorang perwira Angkatan Darat, sebagai orang yang | |||||
[pagina 37]
| |||||
menjunjung kehormatan, harus cukup berani untuk mengakui kesalahan dalam menilai dan mengakui kesalahan-kesalahan besar, apa lagi pengkhianatan terhadap bangsa dan Bung Karno dengan kolaborasi CIA. Anda harus megembalikan kepada rakyat kekayaan yang sedemikian besar yang telah anda, keluarga dan temn-teman anda curi dari mereka. Lebih baik mengembali-kannya sendiri dari pada menunggu tibanya hari disaat rakyat yang marah memaksa anda atau anak anda mengembalikan triliunan yang telah anda curi dari rakyat. Jangan kehilangan kesempatan, Tuan Presiden, untuk membersihkan diri dihadapan bangsa dengan inisiatif sendiri. Kalau tidak, anda akan bergabung dalam galeri penjahat dari tokoh-tokoh sejarah seperti Hitler, Musolini. Stalin, Mao, Pol Pot. Mobutu atau Pinochet. Dua yang terakhir adalah juga pengkhianat negaranya dengan bantuan CIA. Maukah anda memperhatikan himbauan ini dan meminta maaf kepada rakyat dan keluarga serta teman-teman Bung Karno? Mungkin bangsa ini bahkan akan amengampuni anda sebagai diktator yang terkejam dan paling korup yang pernah dikenal di Indonesia, karena ini tampaknya sudah merupakan cara Jawa.
Willem Oltmans (Wartawan Belanda) | |||||
[pagina 38]
| |||||
Makam Bung Karno di Blitar
| |||||
[pagina 39]
| |||||
Dapatkan segera! Bacaan menarik tentang:
|
|